Pages

Wednesday, December 30, 2009

Pesona Keramat



Mahasuci Allah yang telah menutupi rahasia keistimewaaan orang pilihan dengan tampaknya sifat-sifat kemanusiaan, dan yang telah menampakkan kebesaran sifat-sifat ketuhanan dengan mewujudkan penghambaan.



Orang-orang yang telah dipilih Allah untuk memperoleh (keramat), adalah orang-orang yang diistimewakan Allah. Dan Allah menyempurnakan keistimewaan hamba-hamba-Nya dengan cara menyembunyikan dibalik sifat-sifat basyariah (jasmani), sehingga hamba yang isitimewa ruhaninya, jasmaniahnya tampak biasa dan tetap dapat berinteraksi dengan sesamanya (makhluk lahiriah). “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.’ Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al Kahfi : 110)

Mendapat pertanyaan dari para muridnya tentang keramat, Syekh Abul Hasan Asy Ayadzili kemudian menjelaskan tentang apa itu keramat. Keramat adalah kemuliaan dari Allah yang diberikan kepada manusia yang jasmani, jiwa dan ruhaninya tak pernah berpaling dari Allah. Di antara keramat para siddiqin demikian Asy Syadzili menyebut manusiayang selalu memandang Allah adalah, selalu taat dan ingat pada Allah secara istiqomah, zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi), dan bias menjalankan perkara yang luar biasa, seperti melihat bumi, berjalan diatas air dan sebagainya. Mereka yang terpesona dan mengharapkan keramat Allah adalah orang yang lebih bodoh dari orang yang tak menyakini adanya keramat.

Di dalam Mindhajul Abidin, Imam Al Ghazali menyebut ada 40 keramat dari Allah yang diberikan kepada manusia yang menyegerakan diri menuju kepada Allah. Dua puluh diberikan di dunia dan 20 keramat yang lain diberikan di akherat. Keramat itu dimulai dari lisan sampai detak jiwa dan ruhnya, yang sealalu menyebut dan memuji Allah, hingga keramat untuk bertemu dengan Allah. Keterangan Al Ghazali itu dikutip oleh Syekh Muhammad Nafis Al Banjari, di dalam kitab Ad Durr An Nafis atau permata yang indah.

Keramat dari Allah sejatinya melimpah. Ia tidak hanya terbatas kepada hal-hal yang bersifat khariqul adah (di luar kebiasaan manusia) melainkan lebih luas. Keramat kariqul adah bias berupa kemampuan berjalan di atas air, menembus dinding, tidak mempan dibacok atau ditembak dan sebagainya. Keramat dalam pengertian yang lebih luas bias berupa anugerah harta, ilmu, kesehatan dan sebagainya. Hanya manusia yang tidak berfikir, yang tidak memahami tentang keramat dari Allah.

Tujuan Allah menganugerahkan keramat kepada siapa saja yang Dia kehendaki adalah untuk menguatkan kenyakinan bahwa jika Allah menghendaki, sesungguhnya tidak ada yang bisa menghalangi dan pasti harus terjadi. Keramat dalam konteks ini harus dipahami juga sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hamba yang dicintai-Nya. Mereka adalah orang-orang siddiqin kata Asy Syadzili, para wali Allah menurut sebagian ulama, atau orang-orang yang istiqomah kata mualif.

Tentang keramat, karena itu harus dipandang dan disikapi dengan hati-hati. Bukan saja karena keramat itu bisa juga diberikan kepada orang yang belum benar-benar istiqomah, selain diberikan kepada Wali Allah, namun karena pada hakikatnya keramat itu dari Allah memiliki makna positif dan negatif. Makna positif dan negatif dalam hal ini harus dipahami bukan semata karena sifat keramat itu sendiri, melainkan lebih karena akibat yang ditimbulkan oleh adanya keramat itu.

Keramat positif adalah kemuliaan dari Allah, yang diberikan atau ditunjukkan kepada seseorang sehingga dapat menambah kuat keyakinan, dan menambah kedekatan oranng tersebut kepada Allah. Misalnya orang yang dianugerahi Allah dengan kekayaan melimpah lalu orang tersebut hanya menafkahkan seluruh hartanya di jalan Allah; orang yang memiliki kedudukan atau jabatan penting tertentu dan memanfaatkan jabatan dan kedudukkannya hanya untuk kepentingan agama dan perjuangan di jalan Allah.

Banyak contoh nyata tentang orang yang dikaruniai keramat, namun makin menambah keyakinan dan kedekatan orang tersebut kepada Allah. Salah satu keramat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, adalah kesanggupan membelah bulan hanya dengan telunjuk jari tangannya. Namun dengan keramat yang dimilikinya, Nabi juga dikenal sebagai orang yang paling dekat dengan Allah. Ketikan nabi Musa As, diberi keramat oleh Allah dengan kemampuan membelah lautan, hal itu semakin menyebabkan Musa tidak berpaling kepada Allah.
Keramat negative (istidzroj) adalah keramat yang ketika Allah memberikannya kepada seseorang, orang tersebut lalu semakin jauh dari Allah dan bahkan berpaling. Tidak sedkit yang mendapat kedudukan  dan jabatan yang kemudian ingkar kepada Allah. Banyak orang yang berilmu tapi menjadi penentang Allah. Mereka yang sehat tidak pernah menggunakan waktunya untuk mengingat dan memuji Allah. Mereka yang berjalan menuju Allah dan berguru kepada seorang  Mursyid hanya terpesona dengan keramat Mursyid. Bagi orang-orang semacam itu, keramat dari Allah telah menjadi tujuan dan bukan sebagai sarana , sehingga keramat dari Allah kemudian mengunci jasmani, jiwa dan ruh mereka untuk memandang kepada Allah.
Pada zama Nabi dikisahkan seorang yang bernama Sa’labah. Orang ini hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan. Pakaian yang dimiliki hanya selembar itu pun harus dikenakan bergantian dengan istrinya, sementara makan pun jarang di dapatkan, pada suatu hari memintalah Sa’labah kepada Nabi, agar Nabi mendoakannya menjadai orang yang berharta. Alasanya agar dia bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika nabi berujar, “kamu tidak akan kuad wahai Sa’labah,” Sa’labah memaksa Nabi sehingga Nabi pun mendoakan seperti yang diinginkan oleh Sa’labah. Singkat cerita, kayalah Sa’labah dengan memiliki ternak kambing yang sangat banyak. Namun kambing itu pulalah yang kemudian menyebabkan Sa’labah sibuk. Dia mulai ketinggalah shalat berjamaah bersama Nabi. Ketika jumlah kambingnya semakin banyak, dia bukan saja kemudian tak muncul di mesjid melainkan juga lupa membayar zakat.
Nabi mengirim utusan untuk mengingatkan Sa’labah agar setidaknya ia membayar zakat tapi Sa’labah menolak dengan berbagai alasan. Nabi yang mendengar penolakan Sa’labah lalu berucap, “Celakalah Sa’labah.” Bersamaan dengan ucapan Nabi, pada saat itu Sa’labah menyadari kekeliruannya. Namun kesempatan yang baik telah disia-siakan oleh Sa’labah sehingga diceritakan kemudian, Sa’labah akhirnya tersesat oleh kekayaan dunianya.
Kisah Sa’labah dan orang-orang yang memburu keramat Allah disbanding mengejar Allah, adalah beberapa contoh dari keramat  negative. Para salikin yang terpesona dengan keramat yang dimiliki oleh Mursyid, dia akan silau dan akhirnya akan tergelincir. Mereka yang istiqomah dalam ibadah dan medapat keramat karena ibadahnya, tapi kemudian mereka berpaling kepada keramat tersbut maka perjalanan ibadah mereka menuju Allah telah berhenti dan menjadi batal. Bagi mereka keramat telah menjadi hijab atau tabir dalam memandang Allah. Berbeda halnya dengan orang-orang yang muhaqiq (ahli hakikat). Mereka niscaya tidak akan terpesona dengan keramat apapun karena bagi mereka hanya Allah yang menjadi tujuan. Mereka akan selalu istiqomah berjalan kepada Allah tanpa terganggu oleh keramat-keramat itu sendiri. Nabi menjelaskan, istiqomah sesungguhnya adalah lebih baik dari seribu keramat.
Lalu ketika semua kekasih Allah justru tidak pernah bermimpi, tidak pernah mengharapkan, dan tidak pernah terpukau dengan keramat yang datang dari Allah, mengapa pula manusia yang dalam perjalanannya kepada Allah belum istiqomah, mengimpikannya, mengharapkannya dan terpesona?


Sumber : Majalah Kasyaf Edisi 13

Keburukan Struktur Organisasi Lini dan Fungsional pada Sekolah


Sekolah adalah sebuah organisasi pendidikan yang berfungsi untuk mencerdaskan bangsa. Dalam  sekolah juga memeliki 2 bentuk struktur organisasi, yaitu struktur organisasi garis dan struktur organisasi fungsional. Kedua struktur organisasi itu dipakai karena sekolah merupakan fondasi dari suatu lembaga pendidikan. Sehingga dengan digunakannya struktur organisasi tersebut diharapkan dapat membuat sistem kepengurusan organisasi yang terpadu dan teladan.
2 Struktur tersebut yaitu :
- Struktur organisasi garis/staff adalah organisasi yang terencana, maksudnya semua keputusan dikaji secara detail. Pada organisasi ini wewenang atasan mutlak adanya, jadi atasan memiliki bawahan khusus yang menerima langsung perintah atasan tersebut. Kepada atasan bawahan tersebut harus bertanggung-jawab atas pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staff yang bertugas memberi nasehat ataupun saran-saran yang sesuai dengan bidangnya kepada pimpinan dalam organisasi tersebut. Dalam hal ini Kepala Sekolah menugaskan kepada wakilnya dan wakilnya menugaskan kepada para guru dalam menjalankan suatu sistem pendidikan.
- Struktur Organisasi Fungsional adalah fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, seperti fungsi kesiswaan, kurikulum, tata usaha, administrasi dan sebagainya. Dalam organisasi fungsional, seorang staff tidak bertanggung-jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan memiliki wewenang pada satuan-satuan organisasi di bawahanya untuk bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan berhak memerintah semua karyawan di semua bagian selama masih ada hubungannya dengan bidang pekerjaan yang dimaksud.
Dalam kedua organisasi tersebut terdapat beberapa keburukan, pada struktur organisasi garis/staff keburukannya yaitu :
a. Susunan kepengurusan organisasi yang rumit,
b. Kurangnya rasa solidaritas antar staf,
c. Perintah yang diberikan tidak semua dapat terealisasikan.
Sedangkan pada struktur organisasi funsional keburukannya, yaitu :
a. Terlalu banyak yang memberi perintah sehingga staff di bawahnya akan merasa bingung untuk melaksanakannya,
b. Ketidakpaduan atau kesinkronisan karena antar staffnya memiliki perbedaan ke- ahlian.

Struktur Organisasi Garis/Staff dan Organisasi Fungsional

  
   Organisasi ini adalah sebuah organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada bagian di bawahnya yang mempunyai keahlian tertentu serta sebagian kepada pejabat fungsional yang berkoordinasi tetap diserahkan kepada kepala bagian.

   Dan memiliki beberapa ciri, yaitu :

1. Tidak tampak adanya pembedaan tugas pokok dan bantuan.
2. Spesialisasi secara praktis pada pejabat fungsional.
3. Pembagian kerja dan pelimpahan wewenang tidak membedakan perbedaan tingkat eselon.

Dalam hal ini di contohkan pada lembaga pendidikan yaitu sekolah.

Sekolah memeliki dua jabatan dalam hal mengurus Administrasi (Wakasek) dan Kemahasiswaan (Wakasek), dan kedua ini memeliki bawahan yang dapat di atur atau di beri wewenang oleh kedua pejabat tersebut, yaitu Akutansi (Guru), Matematika (Guru), dan Bahasa Inggris (Guru). dan sebagai pejabat fungsional (Karyawan)

Namun dalam organisasi ini memiliki kelemahan/ keburukan, yaitu :

1. Kurangnya fleksibel
2. Pejabat Fungsional akan mengalami kebingungan karena di kordinasikan orang beberapa orang
3. Spesialisasi memberikan kejenuhan.


Referensi :
Bab2 Pbisnis Sistem Informasi Manajemen

Tuesday, December 29, 2009

Manajemen Strategik

Dalam perusahaan harus ada visi dan misi, lalu perusahaan menentukan tujuan jangka panjang, setelah itu perusahaan menggeneralisasikan, mengevaluasi, dan memilih strategi yang akan diterapkan, setelah itu perusahaan mengimplementasikasn dengan isu manajemen yang terkait, lalu mengimplementasikan dengan kegiatan pemasaran, akunting, R&D, dan ics. Dan langkah terakhir adalah perusahaan mengukur dan mengevaluasi strategi yang dipakai. (hal diatas harus diaudit dari pihak eksternal dan internal).

Peran-peran dalam manajemen strategik :

1. Formulasi strategi --> internal ( pemilik, manajemen), --> eksternal (konsultan)
2. Implementasi strategi--> seluruh personel
3. Evaluasi strategi--> bawahan dievaluasi oleh atasan

Fungsi manajemen strategik :

Finansial :
1. Meningkatkan sales
2. Meningkatkan produktifitas
3. Meningkatkan profitabilitas

Non Finansial :
1. Mengetahui strategi pesaing
2. Meningkatkan kesadaran akan ancaman
3. Mengurangi resistensi perubahan
4. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

Alasan perusahaan tidak menggunakan manajemen strategik :
1. Gaji yang rendah
2. Kemalasan
3. Biaya yang banyak
4. Waktu yang lama
5. Pemadaman masalah
6. Terlalu percaya diri
7. Sudah puas dengan kesuksesan
8. Takut gagal

Fungsi tujuan bagi perusahaan :
1. sebagai motivasi
2. sebagai legitimasi
3. sebagai dasar organisasi
4. mengkhususkan dari pada misi
5. sebagai pedoman

Fungsi Merger :
1. mendapatkan teknologi baru
2. mengurangi wajib pajak
3. memperoleh akses ke distributor, pelanggan, produk, pemasok, dan kreditor.
4. mengurangi personel manajerial
5. memperoleh skala ekonomis

Sumber

Monday, December 28, 2009

Keajaiban Hati

   Dalam diri setiap manusia ada segumpal daging yang dinamakan hati. Ia merupakan landasan dari watak dan sifat seseorang. Baik dan buruk karakter seseorang tergantung dari hati yang dimilikinya. Bila hatinya baik maka baiklah dia. Demikian pula sebaliknya.

       Watak dan sifat adalah dua hal yang berbeda, dan hati bisa membentuk keduanya. Sifat merupakan zat karakter. Ada hati yang dinamakan nafsun yang membentuk sidat. Sedangkan watak atau karakter adalah bawaan lahir yang tidak bisa diubah. Kalaupun lewat proses pembinaan yang baik, perubahaannya tidaklah seberapa.

       Watak diturunkan secara genetik. Dan hati yang telah terbentuk oleh lingkungan kemudian mempengaruhi watak. Pembentukan watak bukan pada saat proses perkembangan jasmani seseorang, tapi dimulai sejak terjadinya pembuahan dalam rahim, yang diawali dari bertemunya sperma laki-laki dengan sel telur wanita.

       Watak dan karakter seseorang dapat dilihat dari garis wajahnya. Keras atau tidaknya hati seseorang dapat terbaca dari air muka yang memancar. Orang yang pemarah maupun orang yang penyabar tergambar jelas pada garis wajahnya. Dan itu terlihat langsung tanpa memakai basyirotul qolbi. "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (Adz Dzaariyat: 20-21). Perintah membbaca sebagaimana dinyatakan dalam surat itu merupakan penegasan, bahwa anggota tubuh pun dapat dibaca oleh umat manusia. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Al Israa': 14).

        Setelah garis wajiah, ada pula garis tangan yang dapat dibaca. Karena pada hakikatnya garis tangan adalah juga tulisan (teks) yang dapat dibaca secara langsung tanpa memakai basyirotul qolbi. Letak geografis suatu daerah mempengaruhi watak dan karakter masyarakatnya. Seperti orang yang tinggal di daerah pesisir yang beriklim panas dan lingkungannya yang keras, rata-rata orang-orangnya juga memiliki karakter keras, yang kemudian melahirkan pula anak keturunan yang juga berwatak keras.

        Dalam urusan memilih pasangan hidup, sangat penting memperhatikan soal bibit-bobot-bebet. Kualifikasi tidak sebatas bagus secara fisik, tapi sekaligus latar belakang spiritual. Dan orang yang kualitasnya baik untuk ketiga hal itu insya Allah memiliki gen yang baik, yang pada gilirannya akan menghasilkan keturunan yang baik pula. Karena orang yang semacam itu  adalah orang baik dan bagus secara fisik maupun jiwa dan ruhaniahnya.

        Bagi seorang wanita yang ingin menghasilkan keturunan yang baik, maka ketika hamil ia harus menjaga betul jiwa dan perangainya dan harus bisa menjadi wanita yang sholehah. Seperti misalnya bila ia bersuamikan seorang yang pemarah, ia jangan terpancing menjadi seorang yang pemarah pula. Seorang wanita sholehah adalah yang bisa menyejukkan hati suami, sekaligus pandai membangun semangat ketika sang suami sedang lesu. Ia juga bisa mempengaruhi sang suami sehingga menjadi laki-laki yang lebih sabar.

        Karakter seorang anak tidak hanya dipengaruhi oleh perangai sang ibu. Karena hakikatnya, seorang anak adalah anugerah Allah SWT yang dititipkan pada tulang sulbi ayahnya. Seorang laki-laki yang temperamental akan menularkan emosinya yang tinggi pada sang anak. Bahkan, beberapa penyakit menurun seperti asma, biasanya diperoleh seorang anak dari bakat asma yang dimiliki ayahnya. Karena gen seorang laki-laki lebih dominan dan lebih berpengaruh terhadap anak keturunannya. Ibaratnya, seorang laki-laki adalah pembawa benih dan seorang wanita adalah ladang persemaian. Seberapa baik benih ditanam maka hasilnya pun tergantung dari perawatan ketika benih itu berkembang dalam ladang persemaian. Maka, agar menghasilkan keturunan yang baik, dibutuhkan bibit yang baik dari seorang ayah dan dibutuhkan pula perawatan yang baik saat berada dalam ladang persemain milik seorang ibu.

       Dalam hadist dinyatakan bahwa Rasulullah SAW menghimbau umatnya agar memperbanyak keturunan. Tapi, tentu saja keturunan yang berkualitas baik secara priologis maupun spiritual, Makanya, beliau bersabda: "Perbanyaklah keturunan, sehingga kelak aku bangga di akherat, karena umatku yang berkualitas banyak."

       Sifat seseorang bisa dibentuk atau dipola sejak gen seorang laki-laki dititipkan ke rahim seorang wanita. Dan proses kejadian seorang manusia melalui sari pati tanah, yakni 3 kali 40 hari usial kehamilan adalah saat di mana Allah SWT memasukkan ruh kedalamnya. Setelah ruh ditiupkan itulah kemudian dimulainya pembentukan sifat. Pembentukkan sifat tergantung dari watak seorang ibu. Sedangkan pembentukkan watak tergantung dari seorang ayah. Maka, seorang ibu yang baik, yang sayang pada anak yang dikandungnya, ketika hamil ia harus banyak berzikir dan banyak mengkaji nilai-nilai agama. Sehingga ia menjadi orang yang religius dan pandai mengendalikan emosi. Karena bila ketika hamil emosi seorang ibu kerap meledak-ledak, maka hal itu akan terekam oleh janin yang dikandungnya dan memberi pelajaran pada sang anak untuk menjadi seorang pemarah dan emosional. Sedangkan, kewajiab seorang suami ketika istrinya hamil, salah satunya adalah menjaga emosi sang istri agar tidak mudah marah.

       Ketika wanita hamil jangan hanya sibuk membaca surat Yusuf agar anaknya tampan seperti Nabi Yusuf. Yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan banyak hal baik demi kepentingan pembentukan sifat diri anak itu sendiri. Dan ketika sang anak sudah lahir, maka dimulailah proses pengukuhan watak dan sifatnya. Maka sejak itu orangtuanya berkewajiban mengenalkan berbagai pejaran. Mulai dari pelajaran agama, budi pekerti yang baik hingga berbagai hal yang berhubungan dengan ketuhanan.

       Di luar banyak nasihat baik yang wajib diajarkan, orang tua berkewajiban pula memberi contoh yang baik. Seperti misalnya tentang kepatuhan menjalankan ibadah ritual, hingga kepatuhan menjalankan berbagai ibadah sosial. Karena seorang anak lebih mudah mencontoh ketimbang menghafal sederet nasihat. Pembentukan yang baik yang di ajarkan pada seorang anak dari kecil melalui pelajaran agam, akan meminimalisir watak-watak yang buruk.

       Orang tua yang baik adalah mereka yang pandai menyembunyikan konflik dari hadapan anak-anaknya. Dan tidak saling menjelekkan satu sama lain di hadapan anaknya. Karena bila seorang anak diajarkan untuk menjelek-jelekkan ayah dan ibunya, demi untuk menarik simpati sang anak , maka hal itu sama saja mencetak anak durhaka dan menjerumuskan kedalam neraka.

       Tanggung jawab orang tua atas anak-anaknya memang tidak ringan. Tidak hanya sebatas tanggung jawab materi dan fisik saja. Tapi sekaligus meliputi tanggung jawab prosikologis dan spiritual. Dan tanggung jawab itu telah dimulai sejak sang anak dalam kandungan, hingga dewasa kelak.

        Bekal untuk menjadi orang tua yang baik tentu saja memahami agama dengan baik, mematuhi rambu-rambu agama, dan memahami ilmu tauhid dan hakikat. Selanjutnya, istiqomah mempraktekkan ilmu tarekat yang diberikan oleh Mursyid, dan memperbanyak zikir. Agar terbentuk pribadi yang sholeh secara spiritual maupun sholeh secara sosial. Yang juga kalah pentingnya lagi adalah meminta bai'at kepada Mursyid yang sampai silsilahnya kepada Nabi Muhammad SAW yang tarekatnya disebut muktabaroh, artinya yang legal menurut Islam. Dan tarekat yang demikian cirinya adalah zikir selalu Laailaha Ilaa Allah. Sebelum zikir diawali sholawat membaca Al fatihah sebagai tawaul kepada guru-gurunya. Ta'dzim. taslim, dan beradab dengan adab yang baik.


Ref : Kitab Ihya & Siarussalikin karya Imam Ghazali yang di kaji oleh Maulana Hizboel Wathoni


    

Friday, December 18, 2009

Raja Jadi Pengemis

   
   Abu Nawas kaget, ketika tiba-tiba ia disuruh datang ke istana. Disana telah menunggu baginda raja yang tengah duduk tegap di singgasana istana.
      "Apa kabar, Abu Nawas?" sapa baginda. Aku benar-benar mengharap bantuanmu". Bantuan apa, baginda?" Abu Nawas balik bertanya.
      "Begini, Abu," Baginda mulai bercerita, "Aku dengar Tuan Habul sudah mulai membangkang terhadap kewajiban negara. Pembantu-pembantuku di daerah melaporkan kalau dia sudah tidak mau lagi membayar zakat. Padahal dia orang yang kaya raya". "Mengapa Baginda tidak panggil saja dia ke istana? Lantas jebloskan ke dalam penjara. Habis perkara. Gitu aja kok repot..."

       "Sebenarnya bisa saja aku berbuat begitu. Tapi apa tidak ada cara lain? Soalnya sayang kalau aku menghukumnya. Bagaimana pun dulu dia adalah orang yang paling rajin membayar zakat. Tapi entah mengapa, semakin dia kaya, semakin malas pula dia membayar zakat."
        Sebenarnya kalau ingat nama Tuan Habul, Abu Nawas inginnya dia dipenjara. Karena seantero negeri tahu, Tuan Habul orang yang sangat pelit. Hampir tidak ada orang yang menyukainya. Kecuali mungkin antek-anteknya saja. Tapi karena ini perintah baginda, mau tak mau Abu Nawas ikut pula memikirkan jalan keluarnya.
        "Begini saja, Baginda," usul Abu Nawas. "beri hamba kesempatan berpikir untuk membuat dirinya sadar. Tapi tentu saja selama berpikir, hamba tidak bisa bekerja mencari nafkah buat keluarga. Oleh sebab itu hamba minta ganti rugi selama hamba berpikir menyelesaikan masalah ini."
        "Sudah kuduga sejak semula. Kau pasti meminta imbalan kalau kuminta bantuan. Ini bawa!" ujar baginda kesal seraya menyodorkan uang dua ratus dinar kepada Abu Nawas. Sambil cengar-cengir, Abu Nawas membawa pulang uang pemberian Baginda.
        Seminggu kemudian Abu Nawas datang ke istana. Dia datang dengan segudang rencana yang telah disusunnya.
         "Bagaimana, Abu Nawas? Sudah ketemu jalan keluarnya?" tanya Baginda.
         "Beres Baginda. Cuma caranya Baginda dan saya harus menyamar menjadi pengemis. Apakah Baginda bersedia?".
         Semula Baginda agak kaget juga mendengar usul Abu Nawas. Tapi karena keinginan kuat menyadarkan Tuan Habul, Baginda akhirnya bersedia. Dengan menyamar menjadi pengemis, Abu Nawas dan baginda raja datang ke rumah Tuan Habul. Pucuk dicinta ulam tiba, Tuan Habul sedang ada di rumah. Abu Nawas pun segera uluk salam.
         "Selamat pagi, Tuan. Kami ini pengemis. Apakah Tuan ada sedikit uang receh?"
         "Tidak ada!" Jawab Tuan Habul dengan angkuh.
         "Kalau begitu, apakah Tuan punya pecahan roti kering sekadar untuk menggal perut kami yang sedang lapar?".
         "Tidak ada!"
         "Kalau begitu, kami minta air putih saja. Tidak banyak, masing-masing satu gelas saja." "Sudah kubilang sedari tadi aku tidak punya apa-apa!" Tuan Habul mulai tidak bisa menahan emosinya. Dan rupanya jawaban ini yang ditunggu-tunggu Abu Nawas.
         "Kalau Tuan tidak punya apa-apa," cetus Abu Nawas, "mengapa Tuan tidak ikut kami saja menjadi pengemis?" Wajah tuan habul pucat mendengar cetusan Abu Nawas. Rasa marah, tersinggung dan terhina bercampur aduk menjadi satu.
          Tapi, Belum sempat kesadaran Tuan Habul pulihm Abu Nawas dan Baginda segera membuka kedoknya.
          "Bagaimana, Habul?" kali ini giliran Baginda yang berbicara, "mau pilih jadi orang kaya atau orang yang tidak punya apa-apa, ya ikut saja Abu Nawas mengemis dari rumah ke rumah. Tapi kalau pilih menjadi orang kaya, ya jangan lupa membayar zakatnya. Bukan begitu, Habul?" Mendengar penuturan Baginda, Tuan Habul terdiam seribu bahasa. Dia merasa sangat malu.
          Sedang Abu Nawas hanya cengengesan menyaksikan kejadian itu. "Enak saja baginda menyuruhku menjadi pengemis," gumam Abu Nawas sambil mengumpat dalam hati. Apa boleh buat, zakat memang wajib hukumnya bagi orang yang mampu menunaikannya.

(Dari berbagai sumber)










Thursday, December 17, 2009

Mengolah Rasa

Jangan merasa bisa, jangan merasa lebih, jangan merasa ada, jangan merasa apapun


   Sebutlah seorang Mursyid yang mengelana bersama beberapa salikin. Mursyid sengaja membawa mereka berjalan-jalan untuk memberi pelajaran secara langsung. Ketika tiba di sebuah tempat bertemulah rombongan mereka dengan seseorang yang kemudian menasehati Mursyid, agar tidak begini begitu, dan seterusnya. Bahkan tak lupa orang tersebut memberikan lembaran-lembaran kertas berisi doa-doa unutk diamalkan oleh Mursyid.

      Melihat kejadian itu para salikin menjadi marah. Dalam pandangan mereka, orang yang menasehati Muryid adalah orang yang kurang ajar. Orang itu harus diberi tahu bahwa yang dia hadapi adalah seorang Mursyid, yang keilmuannya jauh melebihi orang tersebut. Beberapa salikin kemudian hendak menegur orang tadi sebelum kemudian dicegah oleh Mursyid mereka. "Kalian tidak lulus ujian. Karena tersinggung dan marah berarti kalian masih merasa lebih". Demikian kata Mursyid. Para salikin pun diam membisu.

      Merasa lebih dan merasa bisa adalah salah satu penyakit hati. Beberapa ulama menyebutkan sebagai kibir yang termasuk cabang dari sifat sombong. Sifat itu bersemayam di hati setiap manusia, kecuali manusia yang ikhlas. Ia bisa bersemayam pada hati seorang suami yang merasa mampu membiayai istri dan anak-anaknya. Pada seorang istri yang merasa paling dicintai oleh suaminya. Pada murid yang mengaku dirinya lebih pintar dari gurunya. Guru yang merasa bisa memberi ilmu kepada muridnya. Pada pemimpin yang merasa bisa memimpin. Pada rakyat yang merasa bisa menentang pemimpinnya. Pada orang kaya yang merasa menjadi penderma harta. Pada orang miskin yang merasa dikasihani orang kaya. Pada siapa saja yang merasa bisa dan merasa lebih.

      Seorang yang memiliki sifat sombong niscaya mudah marah dan mudah tersinggung. Dua perangai itu merupakan satu kesatuan dengan kesombongan yang asal usulnya bersumber dari api. Karena sifat api selalu dan pasti menyala ke atas, maka demikian pula dengan orang sombong, yang selalu dan pasti merasa di atas yang lain. 

Jika api sudah bersemayam dalam hati manusia dipastikan tak akan ada lagi kesejukan. Meski menyelam ke dasar telaga yang paling dingin pun, hati mereka akan terasa panas. Perasaan lebih dari orang lain, adalah api yang membakar hati. Ibarat sebuah rumah yang terbakar, maka seisi rumah akan pengap dan gelap karena asap yang ditimbulkan oleh api. Demikian pula manusia yang hatinya terbakar oleh kesombongan. Jiwanya hangus dan kesadarannya lenyap karena terhalang oleh gelapnya kemarahan.

      Orang yang sombong dengan ilmunya akan marah jika ada yang mengatakan atau menganggapnya bodoh. Orang yang sombong dengan harta dan kedudukannya akan tersinggung ketika dilecehkan. Orang yang sombong dengan kebenarannya tidak akan menerima ketika ada yang mengingatkan atau menyalahkannya. Intinya, orang sombong selalu merasa di atas orang lain.

      Dikisahkan pada suatu hari seorang salikin melakukan khalwat di sebuah tempat sepi agar sampai kepada Allah. Berminggu-minggu dia menyendiri. Dan suatu hari salikin itu berkata dalam hati bahwa besok atau setelah khalwat itu hatinya akan terbuka. Seorang wali Allah mendengar gemeretak rasa si salikin dan kemudian menegurnya. "Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduhai badan, kenapa kamu beribadah hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali".

     Perasaan yang dialami oleh salikin tadi adalah sebuah perasaan yang ditimbulkan oleh seseorang yang hatinya menyimpan rasa (ada). Padahal ketuka seseorang merasa ada, pada saat itukah dia menisbikan Allah. Manusia yang merasa menjadi wali, menjadi penguasa, menjadi penderma dan sebagainya, pada hakikatnya telah meniadakan Dzat yang ada yaitu Allah SWT.

Mereka yang mempunyai dua sifat itu tidak akan pernah sampai kepada ALlah, meskipun dia sudah merasa mengabaikan dunia. Dua sifat itu menyesatkan dan menjauhkan kita dari kebaikan yang sangat besar (ma'rifah)

      Obat mujarab untuk mengikis sifat sombong ada dua. Pertama, istiqamah. Yaitu selalu menetapkan diri dan hati dalam memandang Allah. tak ada sesuatu pun yang tampak, melainkan hanya Allah. Pada kisah Mursyid diawal tadi, seharusnya yang dilakukan salikin adalah bukan marah ataupun balas menasehati. Namun justru memandang dan mengembalikan semunya kepada Allah. Demikian pula pada kisah ke dua, tentang salikin yang merasa akan sampai kepada Allah, seharusnya pun mengembalikan semuanya hanya kepada Allah.

      Kemudian obat yang kedua adalah dengan memberi maaf. Hanya dengan memeberi maaf semua kemarahan akan menjadi padam. Nabi mengatakan bahwa, "Jika engkau marah segeralah mengambil wudu". Dan wudu dalam hal ini bukanlah semata-mata wudu lahiriah, yang mengandung pengertian menyiram air pada wajah, tangan, kepala hingga kaki. Melainkan wudu hakikat, yakni membersihkan hati dan jiwa dengan cara memberi maaf. Percuma menyiramkan air ke seluruh tubuh, jika setelah itu hati tetap membara. Dan hakikat wudu sebagaimana dimaksudkan Nabi adalah maul barid atau air yang menyejukkan. Sementara tidak ada air yang lebih menyejukkan kecuali memberi maaf.

      Insya Allah dengan cara istiqamahi dan kesediaan memberi maaf, sifat merasa ada dan merasa bisa, akan sirna dari dalam hati. Dan pada saat itu kita akan dapat menyaksikan keindahan wajah-Nya.

Oleh : Syekh Maulana Hizboel Wathony Ibrahim 


Wednesday, December 16, 2009

Memaknai Cinta

Cinta merupakan anugerah yang Allah letakkan pada setiap hati manusia, juga sekaligus sebagai ujian dan cobaan. Dengan cinta, seseorang dapat berinteraksi dan saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Atas nama cinta, manusia dapat menerima perlakuan yang tidak sewajarnya. Karena itu, jangan mengatasnamakan cinta bila hendak melanggar norma-norma agama, etika, dan budaya. Karena di samping cinta, manusia juga dilengkapi hati, jiwa, akal dan pikir yang dapat mengatur dan mengawasi perjalanan cinta.

Jika ingin dicintai Allah, maka jangan mencintai selain diri-Nya. Jika ingin dicintai manusia, maka jangan mengharap sesuatu yang ada padanya.

Oleh karenanya, jika ingin selamat dari tipu daya dunia maka jangan mencintai sesuatu atas dorongan ambisi ingin memiliki dan menguasai.

Cintailah sesuatu apa atau siapa pun atas dasar memelihara amanat dan anugerah Allah yang suatu saat akan diambil oleh Sang Empunya (Allah).

Oleh : Syekh Maulana Hizboel Wathoni.

Puasa untuk Mengenal Allah

Ketika puasa yang dilakukan oleh ular menghasilkan kulit yang baru, dan ayam yang berpuasa menghasilkan anak ayam, lalu apa yang dihasilkan oleh puasa manusia ?
 

 Apa yang membedakan antara orang yang berpuasa dengan orang yang kelaparan? secara obyetif tidak ada. Perut mereka sama-sama melilit, semetara mulut mereka juga kering. Namun secara subyektif mereka berlainan. orang yang berpuasa sengaja berniat melaparkan diri sementara orang yang kelaparan kemungkinan besar tidak berniat untuk itu. Karena unsur niat itulah, pada titik tertentu bisa menyebabkan orang yang kelaparan, misalnya, menderita busung lapar atau mengalami rusaknya beberapa sel di lambung mereka. Namun orang yang berpuasa malah bisa bertambah sehat, karena sel-sel lambungnya diistirahatkan untuk bekerja.


   Lalu apakah kalau demikian bisa diambil kesimpulan bahwa berpuasa memang bermanfaat, meskipun katakanlah hanya menyangkut soal kesehatan? Belum tentu.Karena puasa yang diniatkan sekalipun, pada akhirnya bisa merusak kesehatan bahkan lebih parah dari penderitaan orang yang kelaparan jika puasanya tidak dilakukan dengan sebuah kesadaran. Orang yang berniat puasa, namun pada saat melalukan puasa masih memikirkan hidangan apa yang akan menjadi santapan pembuka misalnya, adalah puasa yang tidak dilakukan dengan kesadaran. Akibat yang paling mungkin dari puasa semacam itu adalah munculnya perilaku jiwa yang gelisah karena menunggu saat berbuka.


   Puasa adalah ibadah rahasia yang berbeda kadar dan nilainya, dibanding ibadah lain seperti shalat, zakat, atau haji. Bukan semata karena ibadah puasa tidak memiliki gerakan atau tindakan yang kasat mata seperti gerakan-gerakan dalam shalat atau tindakan tangan membayar zakat melainkan karena ia sepenuhnya adalah ibadah rasa yang diketahui oleh si pelaku dan Allah. Karena bersifat rasia Allah, maka yang tahu kadar dan nilai puasa yang dilakukan sudah benar sebagai puasa, tentunya hanya Allah SWT.


   Orang yang berpuasa mungkin saja tahu, namun pengetahuannya akan puasa yang dilakukannya hanya sebatas dugaan yang belum tentu tepat dan belum tentu tidak tepat hanya sebuah klaim dari rasa. Hadits qudsi dari Muttafaq'alaih yang menegaskan "Setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus lipat, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberi pahalanya" adalah isyarat bahwa hanya Allah yang tahu rahasia dari puasa yang dilakukan mahkluk (manusia).


   Karena bersifat rahasia, maka puasa tidak secara linier bersangkut paut dengan laparnya perut, keringnya mulut, dahaganya kerongkongan dan padamnya gelora syahwat. Perut yang lapar, kerongkongan yang dahaga dan syahwat yang padam, hanya sebuah media agar manusia insyaf dengan ketidakberadaannya sebagai manusia. Jauh-jauh hari Nabi sudah mengingatkan, bahwa "Ramai orang berpuasa namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga." Salah satu penyebabnya, karena manusia hanya sanggup memuaskan jasmaninya yaitu perut, mulut, kerongkongan dan organ seksnya, tapi tidak dengan pikiran, jiwa dan hatinya. Hasilnya bisa ditebak : lapar dan dahaga yang diperoleh dari puasa tidak berbekas pada perilaku (akhlak) bahkan pada saat periode puasa itu dilakukan.


   Maka liatlah ular yang menempuh puasa kemudian menghasilkan kulit baru yang lebih baik dari kulit sebelumnya. Perhatikanlah induk ayam yang berpuasa selama 21 hari menghasilkan anak-anak ayam penerus kehidupan. Saksikanlah beruang kutub yang berpuasa pada musim dingin menjadikan benih-benih ikan kod lebih siap diburu. Hiu yang berpuasa menghasilkan gigi baru. Singkat kata, puasa yang dilakukan dengan sebuah kesadaran betapapun kesadaran itu hanya sebatas naluri seperti binatang-binatang itu pada akhirnya memang menghasilkan sesuatu.


   Puasa ramadhan yang dilakukan orang-orang beriman seharusnya menghasilkan sesuatu itu. Sesuatu itu misalnya bisa berupa keinsyafan untuk tidak lagi berperilaku takabur, tidak dengki, tidak aniaya, tidak malas, tidak merasa paling dan sebagainya. Pada tataran sosial, sesuatu itu bisa menjelma kesadaran untuk tidak melakukan korupsi kendati peluang untuk itu ada, tidak menyuap dan bersedia disogok untuk urusan apapun, tidak kikir dan menumpuk-numpuk harta, tidak sewenang-wenang bila menjadi pemimpin, tidak khianat bila dipercaya, dan sebagainya. Pada wilayah yang khusus, sesuatu itu bahkan bisa berupa kearifan pengetahuan (marifat) bahwa memang tidak ada yang pantas dimasukkan kedalam pikiran, jiwa, dan hati melainkan hanya ALLAH SWT.


Oleh: Rusdi Mathari




Sunday, November 29, 2009

KONFLIK INTERNAL DALAM ORGANISASI

Konflik internal dalam organisasi memang sering terjadi dalam dinamika organisasi. Konflik seperti ini tidak jarang menghasilkan ha-hal negatif, yang akan merugikan organisasi (perusahaan). Efisiensi dan efektifitas dalam suatu unit sosial (organisasi) akan bergerak menurun dengan munculnya konflik internal. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dimuat Gede Pratama dalam bukunya yang berjudul "Prakek Kepemimpinan Berdasarkan Air" bahwa yag kita butuhkan dalam perusahaan bukanah budaya perusahaan, manajemen strategi ataupun konsep manajemen canggih lainnya, melainkan lobi dan kemampuan mengelola konflik internal.

Dalam artikel yang berjudul "Strategic Outcome of Human Resources Management", Paul A. Heavens memberikan gambaran tentang tingkat relevansi konflik internal dalam mengelola perusahaan. Ia membagi 4 tingkat hubungan antara organisasi dengan lingkungannya, sebagai berikut :

1. Internal Focus. Perusahaan jenis ini sebenarnya bersaing dengan dirinya sendiri. Untuk itu, ekuitas dan hubungan manusia (public relation) menjadi sangat penting.
2. External Focus. Tahapan ini kebalikan dari yang pertama. Fokus ditujukan kepada pesaing, karena hidup dan matinya perusahaan dititikberatkan pada kemampuan bersaing perusahaan, sehingga setiap langkah mesti konsisten dengan strategi bersaing.
3. The Organization Environment Boundary Focus. Disini menekankan inovasi dan fleksibilitas menjadi kunci dalam pengelolaan. Karena tahap ini terjadi persaingan ke dalam maupun di luar perusahaan, maka inovasi diagitasi dengan kepekaan akan perubahan, dan stabilitas diciptakan melalui keamanan psikologis. Di sisi lain, adanya sanksi dapat memacu prestasi optimal.
4. The Inter Unit focus. Usaha yang terdiri dari banyak unit menekankan pentingnya hubungan antara unit bisnis dalam mengelola usaha.

Keempat model yang dikemukakan Paul A. Heavens di atas, memungkinkan adanya konflik internal pada setiap tingkat (tahap). Namun, tahap pertama dan juga tahap yang ketiga memiliki derajat relevansi paling tinggi menimbulkan konflik internal. Jadi, dalam suatu unit sosial dibutuhkan manajemen strategi (action) dalam usaha penyelesaian konflik, agar dinamika dan cita-cita organisasi dapat berjalan dengan baik.

Sumber

Saturday, November 28, 2009

MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

Para manajer menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Sebagaimana saat ini, dalam rangka otonomi daerah, banyak sekali perubahan institusional yang terjadi, yang tidak saja berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Kegagalan dalam menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding pemisah di antara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan pengunduran diri.

Para manajer organisasi publik harus menyadari bahwa karena konflik disebabkan oleh faktor-faktor yang berlainan, maka model yang digunakan dalam pengelolaan konflik juga berlainan, tergantung keadaan. Memilih sebuah model pemecahan konflik yang cocok tergantung pada beberapa faktor, termasuk alasan mengapa konflik terjadi, dan hubungan khusus antara pimpinan dengan pihak yang terlibat konflik. Efektivitas pimpinan organisasi dalam menangani konflik tergantung pada seberapa baik mereka memahami dinamika dasar dari konflik, dan apakah mereka dapat mengenali hal-hal penting yang terdapat dalam konflik tersebut.

Konflik bukanlah suatu fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi ia ada dalam benak orang-orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu untuk menangani konflik, seseorang perlu bersikap empati, yaitu memahami keadaan sebagaimana yang dilihat oleh para pelaku penting yang terlibat konflik. Unsur yang penting dalam manajemen konflik adalah persuasi.

Ada 5 cara untuk mengelola konflik yaitu :

- Integrating (Problem Solving) yaitu dengan cara dimana pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi dalam pemecahan suatu konflik. Cara ini sangat tepat untuk konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman.
- Obliging (Smoothing) yaitu seseorang lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Dan berupaya mengurangi perbedaan dan menekan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat.
- Dominating (Forcing) yaitu Orientasi pada diri sendiri yang tinggi dan rendahnya kepedulian terhadap orang lain. Cara ini juga disebut memaksa karena menggunakan legalitas formal dalam penyelesaikan konflik.
- Avoiding yaitu suatu taktik menghindar atau hanya untuk menyelesaikan konflik yang disebabkan karena hal yang sepele. Namun cara ini hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan pokok masalah.
- Compromising yaitu menepatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain dan merupakan pendekatan saling memberi dan menerima dari pihak yang terlibat konflik.

Dari cara-cara tersebut dapata disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu konflik haruslah dilihat dari berbagai sisi, yaitu latar belakangnya, kategori pihak-pihak yang terkait, masalah yang dihadapi, kompleksitas organisasi.

Monday, November 23, 2009

Mengenal Konflik


Konflik adalah kondisi yang timbul karena adanya pihak yang saling bertentengan baik itu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan. Konflik tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu berakibat negatif . Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan dan dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.

Adapun faktor penyebab terjadinya konflik, yaitu :

- Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik.

- Struktur dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok.

- Faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu
karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan dan berbeda dengan individu yang lain.

Dalam konflik itu sendiri memiliki dampak dalam suatu pengambilan keputusan untuk menjalankan organisasi, oleh karena itu di butuhkan solusi untuk menanangani konflik tersebut dengan beberapa cara sebagai berikut :

·         Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
·         Mengidentifikasi sumber konflik. Konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah kepada sebab konflik.
·         Akomodasi yaitu jika kita mengalah dan  mengorbankan  beberapa  kepentingan  sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu.
·         Kompromi  yaitu  tindakan yang dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama.

Jadi, konflik dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam berorganisasi dan seorang pemimpin haruslah bisa menangani sebuah konflik agar tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Sunday, October 25, 2009

Konflik Dalam Berorganisasi

Terjadinya konflik dalam setiap organisasi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam organisasi mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Di sisi lain adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap organisasi. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu kesatuan. Dalam menata konflik dalam organisasi diperlukan keterbukaan, kesabaran serta kesadaran semua fihak yang terlibat maupun yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi dalam organisasi.

• Pengertian Konflik

Konflik dapat diartikan sebagai ketidak setujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama atau menjalankan kegiatan bersama-sama dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang berbeda. Anggota-anggota organisasi yang mengalami ketidaksepakatan tersebut biasanya mencoba menjelaskan duduk persoalannya dari pandangan mereka.

- Macam-macam Konflik

Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

- Dari segi pihak yang terlibat dalam konflik

Dari segi ini konflik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

* Konflik individu dengan individu. Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara inbdividu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
* Konflik individu dengan kelompok. Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kempok pimpinan.
* Konflik kelompok dengan kelompok. Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.

- Dari segi dampak yang timbul

Dari segi dampak yang timbul, konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik fungsional dan konflik infungsional. Konflik dikatakan fungsional apabila dampaknya dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi, sebaliknya disebut infungsional apabila dampaknya justru merugikan organisasi. Konflik dapat menjadi fungsional apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik. Contoh konflik yang fungsional dengan kasus seorang manajer perusahaan yang menghadapi masalah tentang bagaimana mengalokasikan dana untuk meningkatkan penjualan masing-masing jenis produk. Pada saat itu setiap produk line berada pada suatu devisi. Salah satu cara pengalokasian mungkin dengan memberikan dana tersebut kepada devisi yang bisa mengelola dana dengan efektif dan efisien. Jadi devisi yang kurang produktif tidak akan memperoleh dana tersebut. Tentu saja di sini timbul konflik tentang pengalokasian dana. Meskipun dipandang dari fihak devisi yang menerima alokasi dana yang kurang, konflik ini dipanang infungsional, tetapi dipandang dari perusahaan secara keseluruhan konflik ini adalah fungsional, karena akan mendorong setiap devisi untuk lebih produktif. Manfaat yang mungkin timbul dari contoh kasus di atas antara lain :

* Para manajer akan menemukan cara yang lebih efisien dalam menggunakan dana.
* Mereka mungkin bisa menemukan cara untuk menghemat biaya.
* Mereka meningkatkan prestasi masing-masing devisi secara keseluruhan sehingga bisa tersedia dana yang lebih besar untuk mereka semua.

Meskipun demikian, mungkin juga timbul akibat yang tidak fungsional, di mana kerjasama antara kepala devisi menjadi rusak karena konflik ini. Setiap konflik, baik fungsional maupun infungsional akan menjadi sangat merusak apabila berlangsung terlalu jauh. Apabila konflik menjadi di luar kendali karena mengalami eskalasi, berbagai perilaku mungkin saja timbul. Pihak-pihak yang bertentangan akan saling mencurigai dan bersikap sinis terhadap setiap tindakan pihak lain. Dengan timbulnya kecurigaan, masing-masing pihak akan menuntut permintaan yang makin berlebihan dari pihak lain. Setiap kegagalan untuk mencapai hal yang diinginkan akan dicari kambing hitam dari pihak lain dan perilaku pihaknya sendiri akan selalu dibela dan dicarikan pembenarannya, bahkan dengan cara yang emosional dan tidak rasional. Pada tahap seperti ini informasi akan ditahan dan diganggu, sehingga apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa terjadi menjadi tidak diketahui. Dan segera bisa muncul usaha untuk menggagalkan kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain. Kegiatan untuk “menang” menjadi lebih dominan dari pada untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Heidjrachman dari berbagai penelitian dan percobaan ternyata ditemukan hasil-hasil yang mirip antara yang satu dengan yang lain situasi, yang timbul akibat adanya konflik, baik konflik yang fungsional maupun konflik yang infungsional. Di antaranya yang penting adalah :

* Timbulnya kekompakan di antara anggota-anggota kelompok yang mempunyai konflik dengan kelompok yang lain.
* Munculnya para pimpinan dari kelompok yang mengalami konflik.
* Ada gangguan terhadap persepsi para anggota atau kelompok yang mengalami konflik.
* Perbedaan antara kelompok yang mengalami konflik nampak lebih besar dari pada yang sebenarnya, sedangkan perbedaan pendapat antar individu dalam masing-masing kelompok tampak lebih kecil dari pada yang sebenanya.
* Terpilihnya “wakil-wakil” yang kuat dari pihak-pihak yang mengalami konflik
* Timbulnya ketidakmampuan untuk berfikir dan menganalisa permasalahan secara jernih.

• Sebab-sebab Timbulnya Konflik

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya konflik dalam suatu organisasi antara lain adalah :

1. Berbagai sumber daya yang langka

Karena sumber daya yang dimiliki organisasi terbatas / langka maka perlu dialokasikan. Dalam alokasi sumber daya tersebut suatu kelompok mungkin menerima kurang dari kelompok yang lain. Hal ini dapat menjadi sumber konflik.

2. Perbedaan dalam tujuan

Dalam suatu organisasi biasanya terdiri dari atas berbagai macam bagian yang bisa mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Perbedaan tujuan dari berbagai bagian ini kalau kurang adanya koordinasi dapat menimbulkan adanya konflik. Sebagai contoh : bagian penjualan mungkin ingin meningkatkan valume penjualan dengan memberikan persyaratan-persyaratan pembelian yang lunak, seperti kredit dengan bunga rendah, jangka waktu yang lebih lama, seleksi calon pembeli yang tidak terlalu ketat dan sebagainya. Upaya yang dilakukan oleh bagian penjualan semacam ini mungkin akan mengakibatkan peningkatan jumlah piutang dalam tingkat yang cukup tinggi. Apabila hal ini dipandang dari sudut keuangan, mungkin tidak dikehendaki karena akan memerlukan tambahan dana yang cukup besar.

3. Saling ketergantungan dalam menjalankan pekerjaan

Organisasi merupakan gabungan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Akibatnya kegiatan satu pihak mungkin dapat merugikan pihak lain. Dan ini merupakan sumber konflik pula. Sebagai contoh : bagian akademik telah membuat jadwal ujian beserta pengawanya, setapi bagian tata usaha terlambat menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengawas dan penguji sehingga mengakibatkan terganggunya pelaksanaan ujian.

4. Perbedaan dalam nilai atau persepsi

Perbedaan dalam tujuan biasanya dibarengi dengan perbedaan dalam sikap, nilai dan persepsi yang bisa mengarah ke timbulnya konflik. Sebagai contoh : seorang pimpinan muda mungkin merasa tidak senang sewaktu diberi tugas-tugas rutin karena dianggap kurang menantang kreativitasnya untuk berkembang, sementara pimpinan yang lebih senior merasa bahwa tugas-tugas rutin tersebut merupakan bagian dari pelatihan.

5. Sebab-sebab lain

Selain sebab-sebab di atas, sebab-sebab lain yang mungkin dapat menimbulkan konflik dalam organisasi misalnya gaya seseorang dalam bekerja, ketidak jelasan organisasi dan masalah-masalah komunikasi.

- Penanganan Konflik

1. Metode Untuk Menangani Konflik

Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik. Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.

* Dominasi (Penekanan)

Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak (voting).

* Kompromi

Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik

* Penyelesaian secara integratif

Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.

Kesimpulan

Menurut saya kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat dieliminir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dengan baik serta mengalami eskalasi secara terbuka dapat merugikan kepentingan organisasi.

Saturday, October 24, 2009

Organisasi Yang Baik

Organisasi adalah satu jenis wadah aspirasi masyarakat yang dibuat oleh orang-orang dengan tujuan dapat memperoleh efesiensi kerja tertentu yang sebesar-besarnya. untuk itu dibutuh beberapa unsur dalam organisasi tersebut. Ada pun 7 unsur untuk organisasi yang baik yaitu :

A. Nilai & Visi

Nilai adalah suatu keyakinan/ pandangan untuk membentuk sebuah pilihan. Untuk itu perlunya nilai dalam organisasi agar dalam menjalankan organisasi dapat menjalankannya dengan terarah dan tepat.
Sedangkan Visi adalah sebuah pernyataan yang mendefinsikan sesuatu yang ingin dicapai perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang. Visi lebih terkonsentrasi ke masa depan (jangka panjang, future) dan cenderung merupakan pernyataan yang sifatnya strategis.

B. Misi

Misi adalah pernyataan-pernyataan yang mendefinsikan apa yang sedang/akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini. Misi lebih terkonsentrasi ke saat ini dan merupakan target-target yang sifatnya lebih operasional yang mungkin dikaitkan dengan customer, proses-proses dalam organisasi, serta tingkat kinerja yang diinginkan.

C. Aturan

Aturan adalah batasan-batasan seseorang dalam menjalankan organisasi yang dimana telah disetujui oleh semua pihak dan biasanya dalam bentuk tertulis dan memiliki sebuah sanksi. Aturan ini sangat penting karena setiap anggota memiliki wewenang yang berbeda dalam menjalankan organisasi tersebut dan dapat menjaga terjadinya konflik antar anggota.

D. Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu sikap seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan agar dapat mejalankannya berjalan dengan baik dan benar. Tentunya membutuhkan mental dan strategi yg baik.

E. Intensif

Intensif adalah Melakukan segala sesuatu dengan cara terus menerus atau tepat waktu. Apa bila dalam organasasi terdapat intensif maka menghasilkan hasil yang optimal.

F. Sumber Daya

Dalam organisasi sumber daya sangatlah penting karena sumber daya yang dimaksud adalah manusia yaitu orang yang menjalankan suatu organisasi apabila sumber dayanya baik maka akan baik pula organisasi itu dan sebaliknya.

G. Rencana Kerja

Rencana kerja sangatlah perlu diperhatikan dalam berorganisasi karena berfungsi sebagai proses berjalannya organisasi. Apa bila tidak ada rencana kerja dalam organisasi maka akan mengakibatkan salah langkah dan ketidakteraturan dalam berorganisasi.

Dari semua unsur sangatlah penting untuk diperhatikan dalam membentuk suatu organisasi agar tujuannya dapat tercapai dengan baik dan cepat.